Minggu, 22 September 2013

BAB I PENDAHULUAN


Latar belakang

Takhrij al-hadis dapat diibaratkan sebagai pintu masuk bagi kegiatan penelitian hadis. Penguasaan terhadap materi ini akan dapat memudahkan kita semua dalam menelusuri hadis-hadis yang ingin dicari dalam kitab-kitab hadis.
Menurut M. Syuhudi ada tiga alasan utama yang menyebabkan pentingnya kegiatan takhrij al-hadis dalam melakukan penelitian hadis, diantaranya:
  1. Untuk mengetahui asal-usul riwayat hadis.
Suatu hadis akan sulit diketahui status dan kualitasnya bila terlebih dahulu tidak diketahui asal-usulnya, tanpa diketahui asal-usulnya, maka sanad dan matn hadis yang bersangkutan sulit diketahui susunannya menurut sumber pengambilannya.
  1. Untuk mengetahui seluruh riwayat.
Suatu hadis mungkin memiliki lebih dari satu sanad dan mungkin saja salah satu dari sanad itu berkualitas dhaif dan yang lainnya shahih. Untuk mengetahui hadis yang sanadnya berkualitas dhaif dan shahih, maka terlebih dahulu harus mengetahui seluruh riwayat hadis tersebut dengan takhrij al-hadis.
  1. Untuk mengetahui ada dan tidak adanya syahid dan muthabi pada sanad.
Dalam sebuah sanad hadis mungkin ada periwayat lain yang sanadnya mendukung pada sanad hadis tadi. Dukungan itu bila terletak pada periwayat tingkat pertama, yakni tingkat sahabat nabi, disebut sebagai syahid, sedang bila terletak dibagian bukan tingkat shabat nabi, maka disebut sebagai muthabi.
Pentingnya kegiatan takhrij al-hadis bagi orang yang mempelajari ajaran islam dikemukakan Mahmud al-tahhah sebagai berikut:
menegtahui masalah takhrij, kaidah dan metodenya adalah suatu yang sangat penting bagi orang yang mempelajari ilmu-ilmu syara’, agar mampu melacak suatu hadis sampai pada sumber aslinya. Tidak dapat dipungkiri bahwa kegunaan takhrij ini adalah sangat besar, terutama bagi yang mempelajari hadis dan ilmunya. Dengan takhrij, seorang mampu mengetahui tempat hadis pada sumber aslinya, yang mula-mula ditulis oleh para imam ahli hadis. Kebutuhan takhrij adalah penting sekali karena orang yang mempelajari ilmu tidak akan dapat meriwayatkannya, kecuali setelah mengetahui ulama-ulama yang telah meriwayatkan hadis dalam kitabnya dengan dilengkapi sanadnya. Oleh karena itu ilmu takhrij ini sangat dibutuhkan oleh setiap orang yang membahas atau menekuni ilmu-ilmu syari’ dan yang sehubungan dengannya.”

Rumusan masalah

  1. Apakah ta’rif dari takhrij al-hadis?
  2. Apakah manfaat takhrij al-hadis?
  3. Bagaimanakah cara melakukan takhrij al-hadis?

Tujuan

  1. Untuk mengetahui secara mendalam mengenai takhrij al-hadis.
  2. Mengetahui manfaat-manfaat takhrij al-hadis.
  3. Mengetahui dan memahami cara melakukan takhrij al-hadis.

BAB II PENBAHASAN


Pengartian takhrij al-hadis

Secara etimologi, kata takhrij berasal dari kata kharraja, yang berarti al-zuhur(tampak) dan al-buruj(jelas). Takhrij juga bias berarti al-istinbat (mengeluarkan), al-tadrib (meneliti), dan al-taujih (menerangkan). Sedangkan menurut Mahmud al-tahhah, takhrij memiliki arti ijtima’ amrain mutadadain fi syaiin wahid (kumpulan dua perkara yang saling berlawanan dalam satu masalah).
Adapun secara terminologis, takhrij adalah menunjukkan tempat hadis pada sumber-sumber aslinya, dimana hadis tersebut telah diriwayatkan lengkap dengan sanadnya, kemudian menjelaskan derajatnya bila diperlukan.
Takhrij menurut istilah ahli hadis, mempunyai pengertian:
  1. Mengemukakan hadis kepada orang banyak dengan menyebutkan periwayatannya dengan sanad lengkap serta dengan penyebutan metode yang mereka tempuh. Inilah yang dilakukan para penghimpun dan penyusun kitab hadis, seperti al-bukhari yang telah menghimpun kitab hadis sahih al-bukhari.
  2. Ulama hadis mengemukakan berbagai hadis yang telah dikemukakan oleh para guru hadis atau berbagai kitab yang susunannya dikemukakan berdasarkan riwayatnya sendiri atau para gurunya atau temannya atau orang lain dengan menerangkan siapa periwayatnya dari para penyusun kitab ataupun karya yang dijadikan sumber acuan. Kegiatan ini seperti yang dilakukan oleh imam al-baihaqi yang banyak mengambil hadis dari kitab al-sunan karya abu al-hasan al-basri al-safar, lalu al-baihaqi mengemukakan sanadnya sendiri.
  3. Menunjukkan asal-usul hadis dan mengemukakan sumber pengambilannya dari berbagai kitab hadis yang disusun mukharrij-nya langsung. Kegiatan takhrij seperti ini sebagaimana yang dilakukan oleh para penghimpun hadis dari kitab-kitab hadis, misalnya ibn hajar al-asqalani yang menyusun kitab bulug al-maram.
  4. Mengemukakan hadis berdasarkan kitab tertentu dengan disertakan metode periwayatan dan sanadnya serta penjelasan keadaan para periwayatnya serta kualitas hadisnya. Pengertian al-takhrij semacam ini sebagaimana dilakukan oleh Zain al-din Abd al-rahman ibn al-husain al-iraqi yang melakukan takhrij terhadap hadis-hadis yang dimuat dalam kitab ihya’ ulum al-din karya al-ghazali, dengan judul bukunya ikhbar al-ikhya’ bi akhbar al-ikhya’.
  5. Mengemukakan letak asal suatu hadis dari sumbernya yang asli, yakni berbagai sumber kitab hadis dengan dikemukakan sanadnya secara lengkap untuk kemudian dilakukan penelitian terhadap kualitas hadis yang bersangkutan. Pengertian takhrij yang tercakup disini seperti kegiatan penelitian terhadap satu hadis tertentu atau satu tema tertentu ataupun dalam kitab tertentu.

Manfaat takhrij

Adapun manfaat dari kegiatan takhrij al-hadis sangat banyak, diantaranya:
  1. Memperkenalkan sumber-sumber hadis, kitab-kitab asal dimana suatu hadis berada beserta ulama yang meriwayatkannya.
  2. Dapat memperjelas keadaan sanad, dengan membandingkan riwayat-riwayat hadis yang banyak itu, maka dapat diketahui apakah riwayat hadis tersebut munqathi’, mu’dal dan lain-lain. Demikian pula dapat diketahui apakah status ruwayat tersebut sahih, hasan atau dhaif.
  3. Dapat memperjelas periwayat hadis yang samar, dengan adanya takhrij kemungkinan dapat diketahui nama periwayat yang sebenarnya secara lengkap.
  4. Dapat menghilangkan kemungkinan terjadinya percampuran riwayat.
  5. Dapat menghilangkan unsur syadz.
  6. Dapat menghilangkan keragu-raguan dan kekeliruan yang dilakukan oleh periwayat.
  7. Dapat menjelaskan waktu dan tempat turunnya hadis, dan lain-lain.

Cara melakukan takhrij al-hadis

Secara garis besar ada dua cara dalam melakukan takhrij al-hadis, yaitu pertama, takhrij hadis dengan cara konvensional. Maksudnya melakukan takhrij hadis dengan menggunakan kitab-kitab hadis atau kitab-kitab kamus. Kedua, takhrij al-hadis dengan menggunakan perangkat computer melalui bantuan cd-rom.
  1. Takhrij al-hadis secara konvensional
Ada lima metode yang bias dipergunakan dalam kegiatan takhrij al-hadis secara konvensional. Masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri, meski tujuan akhir tkhrij tetaplah sama, yakni menelusuri hadis dari sumber yang asli.
  1. Denganmengetahui rawi hadis yang pertama, yakni sahabat apabila hadis tersebut muttasil dan tabiin apabila hadis tersebut mursal.
Dengan mengetahui nama rawi pertama atau sanad terakhir dari suatu hadis, lafadz matn secara lengkap disertai sanadnya dapat diketahui melalui peneluusuran dari kitab-kitab atraf, musnad dan kitab mu’jam.

  • kitab musnad
kitab musnad adalah kitab yang disusun pengarangnya berdasarkan nama-nama sahabat atau kitab yang menghimpun hadis-hadis sahabat. Jumlah kitab musnad banyak sekali, al-khattani menyebut 82 kiyab da nada yang menyebut 100 kitab. Sanyangnya hanya beberapa itab saja yang sampai pada kita.
Adapun urutan nama dalam musnad-musnad yang ada tidaklah seragam, ada yang diurutkan berdasarkan alphabet, berdasarkan yang lebih utama, lebih dulu masuk islam, dan berdasarkan kabilah atau wilayah daerah.
Diantara kitab-kitab musnad ialah:
  1. Musnad ahmad ibn hambal, kitab ini terdiri dari 40.000 hadis yang memuat 904 sahabat.
  2. Musnad abu bakr Abdullah ibn al-zubair al-humaidi, kitab ini berisi 13000 hadis dan memuat 180 nama sahabat.
  3. Musnad abu dawud sulaiman ibn dawud al-tayalisi.
  4. Musnad abi ishaq Ibrahim ibn nasr.
  5. Musnad asad bin musa al-umawi, dan lain-lain.

  • Kitab mu’jam
Kitab mu’jam adalah kitab hadis yang disusun berdasarkan nama-nama sahabat, guru-gurunya, negaranya atau yang lainnya berdasarkan urutan alphabet.
Diantara kitab mu’jam yang disusun berdasarkan nama sahabat adalah:
  1. Al-mu’jam al-kabir karya abu al-qasim sulaiman ibn ahmad al-tabarani (w.360 H)
  2. Al-mu’jam al-ausat karya abu al-qasim sulaiman ibn ahmad al-tabarani (w.360 H)
  3. Mu’jam al-sahabah karya ahmad ibn ali ibn lali al-hamdani (w. 398 H)

  • Kitab atraf
Kitab yang didalamnya disebut sebagian saja dari suatu lafadz hadis dan diisyaratkan kelanjutannya dan diterangkan sanadnya baik seluruhnya atau sebagian besar. Urutan didasarkan nama berdasarkan alphabet.
Diantara kitab atraf yang mashur ialah:
  1. Atraf al-sahihain karya abu mas’ud Ibrahim ibn Muhammad al-dimasyqi (w.410 H)
  2. Al-asyraf ala marifah al-atraf karya abu al-qasim ali ibn al-hasan yang terkenal dengan nama ibn asakir al-dimasyqi (w. 571 H)
  3. Tuhfah al-asyraf bi marifah al-atraf karya abu al-hajjaj yusuf abdul rahman al-mazi (w. 742 H)

  1. Dengan mengetahui lafadz awal suatu hadis.
  2. Dengan mengetahui sebagian lafadz hadis, baik di awal, tengah maupun akhir matannya.
Refrensi yang paling representative untuk metode ini yaitu kitab karya Arnold john wensick dengan judul al-mu’jam al-mufahras li alfaz al-hadis an-nawawi, dengan penerjemah Muhammad fuad abdul baqi. Kitab ini merupakan kitab kamus dari 9 kitab hadis, yakni sahih al-bukhari, sahih muslim, sunan abi dawud, sunan al-tirmidzi, sunan al-nasa’i, sunan ibn majah, sunan al-darimi al-muwattha’ imam malik, dan musnad ahmad ibn hambal.
Untuk musnad ahmad(حم) hanya disebutkan juz serta halamannya. Sahih muslim(م) dan al-muwatta’(ط) nama bab dan nomor urut hadis, sedangkan sahih al-bukhari(خ), sunan abi dawud(د), sunan at-tirmizi(ت),sunan an-nasa’i(ن), serta sunan ibn majah(جه), sunan al-darimi(دى) disebutkan nama bab serta nomor urut babnya.

  1. Dengan mengetahui tema hadis
Mengetahui suatu hadis termasuk dalam tema tertentu, memungkinkan seseorang untuk menemukan sumbernya yang asli, yakni kitab yang disusun berdasarkan bab-bab atau masalah-masalah tertentu.
  1. Dengan mengamati secara mendalam sanad dan matn.
Metode kelima dalam penelusuran hadis ini ialah dengan mengamati secara mendalam sanad dan matn hadis, yaitu dengan melihat petunjuk dari sanad, matn atau sanad dan matn-nya secara bersamaan.petunjuk dari matn, misalnya adanya kerusakan makna hadis, menyelisihi al-qur’an ataupun petunjuk bahwa hadis itu palsu ataupun yang lainnya. Kitab-kitab yang bias menjadi rujukan adalah:
  1. Al-maudhuat al-sugra, karya ali al-qari (w. 1014 H)
  2. Tanzih al-syariah al-marfuah, karya al-kinani (w. 963 H)
  1. Takhrij hadis dengan perangkat komputer
Cara melakukan takhrij al-hadis dengan menelusuri dan membaca kitab-kitab hadis atau kamus sangat baik, namun memerlukan waktu yang cukup lama. Untuk mempercepat proses penelusuran dan dan pencarian hadis secara cepat, jasa computer dengan program mausuah al-hadis al-syarif al-kutub al-tisah bias digunakan. Program ini merupakan software computer yang tersimpan dalam conpact disk read only memory (CD-ROM) yang diproduksi sakhr pada tahun 1991 edisi 1.2.
Program ini memuat seluruh hadis yang terdapat didalam al-kutub al-tisah (sahih al-bukhari, sahih muslim, sunan al-tirmizi, sunan al-nasa’i, sunan abi dawud, sunan ibn majah, musnad ahmad ibn hambal,muwattha malik, dan sunan al-darimi) lengkap dengan sanad dan matn-nya.
Disamping itu program ini juga mengandung dta-data tentang biografi, daftar guru dan murid, al-jarh wa al-ta’dil dari semua periwayat hadis yang ada didalam al-kutub al-tisah. Program ini juga bias menampilkan skema sanad hadis, baik satu jalur maupun skema semua jalur periwayatan.


Peta konsep














Contoh takhrij al-hadis


  1. Hadis tentang “syafaat nabi bagi umatnya”
لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ وَاِنِّي اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِاُمَّتِي وَهِيَ نَائِلَةٌ اِنْ شَاّء اللَّهُ مَنْ مَاتَ مِنْهُمْ لَايُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا
setiap nabi tersedia baginya satu doa mustajab (pasti dikabulkan oleh allah swt.). dan aku masih menyimpan permintaanku itu agar menjadi syafaat untuk umatku kelak, dan syafaatku itu insya allah mencapai siapa saja dari umatku yang meninggal dunia dalam keadaan tidak menyekutukan allah dengan apapun selain-Nya.”
Setelah dilakukan takhrij al-hadis, hadis diatas bersumber dari:
  • Al- bukhari, kitab al-daawat, no.hadis 5829. Dan kitab al-tauhid, no.6920.
  • Muslim, kitab al-imam, no.hadis 293-298 dan 300.
  • Al-tirmizi, kitab al-daawat an rasulillah, no.hadis 3526.
  • Ibn majah, kitab al-zuhd, no.hadis 4297.
  • Malik, kitab al-nida li al-salah, no.hadis 443.
Al-bukhari, kitab al-daawat, no.hadis 5829:
حدثنا اسماعيل قال حدثني مالك عن ابي الزناد عن الأعرج عن ابي هريرة ان رسول الله صلى الله عليه وسلم قال لكل نبي دعوة مستجابة يدعو بها واريد ان اختبئ دعوتي شفاعة لأمتي في الأخرة

Muslim, kitab al-iman, no.hadis 293.
حدثني يونس بن عبد الأعلى اخبرنا عبد الله بن وهب قال اخبرني مالك بن أنس عن ابن شهاب عن ابي سلمة بن عبد الرحمن عن ابي هريرة ان رسول الله صلى الله عليه وستم قال لكل نبي دعوة يدعوها فأريد ان اختبئ دعوتي شفاعة لأمتي يوم القيامة

Ibn majah, kitab al-zuhd, no.hadis 4297.
حدثنا ابوبكربن ابي شيبة حدثنا ابو معاوية عن الأعمش عن ابي صالح عن ابي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لكل نبي دعوة مستجابة فتعجل كل نبي دعوته وان اختبأت دعوة شفاعة لأمتي فهي نائلة من مات منهم لايشرك بالله شيأ

Malik, kitab al-nida li al-salah, no.hadis 443.
حدثني يحي عن مالك عن ابي الزناد عن الأعرج عن ابي هريرة ان رسول الله صلى الله عليه وسلم قال لكل نبي دعوة يدعو بها فأريد ان اختبئ دعوتي شفاعة لأمتي في الأخرة.

 



MUDASSIR, D. (1999). ILMU HADIST. BANDUNG: PUSTAKA SETIA BANDUNG.
MUSTHOLAKHUL HADIST

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More